Challenging Meritocracy: Michael Sandel's Critical Perspective on Social Inequality in Modern Society
Menggugat Meritokrasi: Pandangan Kritis Michael Sandel tentang Ketimpangan Sosial dalam Masyarakat Modern
Abstract
This article examines Michael Sandel’s critique of meritocracy and its relevance to the Indonesian context, particularly in relation to educational inequality and the rise of populism. While meritocracy is often celebrated as a system of fairness and equal opportunity, this study demonstrates that it exacerbates structural disparities, reinforces stigma against disadvantaged groups, and fuels resentment that populist leaders can mobilize. Drawing on Sandel’s The Tyranny of Merit and related literature, this article employs a qualitative approach with critical theory to analyze how meritocratic ideology deepens social divisions by overlooking structural constraints on achievement. The findings reveal that Indonesia’s reliance on merit-based educational policies disadvantages rural and marginalized communities, while the resulting frustrations contribute to populist narratives that oppose political and educational elites. As an alternative, Sandel’s principle of the common good provides a normative framework for reform, emphasizing solidarity, collective responsibility, and shared welfare. By applying these principles to Indonesian social and educational policies, this article highlights a pathway toward reducing inequality, mitigating populist discontent, and strengthening democratic cohesion.
Abstrak
Artikel ini mengkaji kritik Michael Sandel terhadap meritokrasi dan relevansinya dalam konteks Indonesia, khususnya terkait ketimpangan pendidikan dan bangkitnya populisme. Meskipun meritokrasi sering dipandang sebagai sistem yang adil karena memberikan kesempatan yang setara, penelitian ini menunjukkan bahwa meritokrasi justru memperburuk ketimpangan struktural, memperkuat stigma terhadap kelompok marjinal, serta memicu rasa frustrasi yang kemudian dimanfaatkan oleh para pemimpin populis. Menggunakan pendekatan kualitatif berbasis teori kritis, artikel ini menganalisis karya Sandel The Tyranny of Merit beserta literatur terkait untuk menyoroti bagaimana ideologi meritokrasi memperdalam fragmentasi sosial dengan mengabaikan keterbatasan struktural dalam pencapaian individu. Temuan penelitian menunjukkan bahwa ketergantungan Indonesia pada kebijakan pendidikan berbasis merit cenderung merugikan komunitas pedesaan dan kelompok tertinggal, sementara kekecewaan yang muncul memperkuat narasi populis yang menentang elit politik dan pendidikan. Sebagai alternatif, prinsip kebaikan bersama yang ditawarkan Sandel memberikan kerangka normatif untuk reformasi, dengan menekankan solidaritas, tanggung jawab kolektif, dan kesejahteraan umum. Dengan menerapkan prinsip ini dalam kebijakan sosial dan pendidikan di Indonesia, artikel ini menyoroti jalan menuju pengurangan ketimpangan, meredam ketidakpuasan populis, serta memperkuat kohesi demokratis.
Kata-kata kunci: ketidaksetaraan sosial, populisme, Michael Sandel, meritokrasi, kebaikan bersama
DISKURSUS applies the Creative Commons license (CC BY). We allow readers to read, download, copy, distribute, print, search, or link to the full texts of its articles and allow readers to use them for any other lawful purpose. Full information about CC BY can be found here: https://creativecommons.org/licenses/by/4.0/