Pierre Hadot, Philosophy as a Way of Life, trans. by M. Chase, Cambridge: Harvard UP, 1999, x + 309 hlm. (PWL); Pierre Hadot, What is Ancient Philosophy?, trans. by M. Case, Cambridge: Harvard UP, 2004, xiv + 362 hlm. (WAP).

  • Haryanto Cahyadi Peneliti filsafat dari Keuskupan Timika, Papua

Abstract

Tidak bisa disangkal bahwa filsafat Barat dewasa ini hampir identik dengan wacana filosofis (philosophical discourse), berupa konsep, teori, atau sistem, yang umumnya berkembang dinamis dan dipelajari sebagai disiplin keilmuan dalam lingkungan akademis melalui satuan kurikulum perguruan tinggi modern. Maka tidak mengherankan bila filsafat cenderung identik dengan filsafat akademis (academic philosophy). Namun berkat dua buku Pierre Hadot (1922-2010) kita terbantu untuk menyadari hilangnya sebagian besar pemahaman filsafat itu sendiri terutama wawasan klasik yang mengungkapkan fokus utama penghayatan maupun lintasan peralihan fokus utama tersebut dalam perkembangan sejarah.

 

Hadot berpendapat bahwa filsafat pada awalnya adalah bios atau way of life (manie de vivre). Filsafat sebagai way of life terungkap dalam serangkaian latihan rohani (melete dalam arti Platonis, askesis dalam arti Stoa dan Kekristenan Yunani, atau exercitium spirituale dalam arti Kekristenan Latin awal), dengan mengembangkan berbagai wacana filosofis sebagai sarana panduan untuk membentuk (to form) alih-alih hanya menginformasikan (to inform) pilihan hidup dan kebebasan eksistensial seseorang menurut bingkai penghayatannya dalam sekolah filsafat. Tujuannya adalah memandu pilihan hidup dan mengembangkan kebebasan eksistensial mereka sesuai kodrat insaninya (phusis tou anthropou), seperti menguasai diri (enkrateia) atau kemandirian diri (autarkheia) di hadapan pengaruh eksternal, serta menyadari tempat (topos) mereka dalam kosmos (phusis tou kosmou). Nilai absolut aktivitas berfilsafat lebih menekankan tindakan baik alih-alih mengetahui kebaikan. Berwacana filosofis tanpa pembalikan sekaligus penentuan arah baru (peristrophe - periagoge) melalui pelatihan rohani hanya akan membentuk seseorang menjadi sofistik atau ahli retorika alih-alih sosok filsuf. Pihak pertama dalam sejarah Yunani antik abad kelima dan keempat SM memang dikenal sebagai sosok terpelajar yang licin bersilat kata (elenkhos) memperdagangkan seni kecakapan dan pengetahuan demi memuaskan hasrat ego. Namun, pihak terakhir sosok filsuf selalu sadar akan ketidaktahuan maupun kekurangan diri (bahwa ia bukan sage atau orang bijak) sehingga ia selalu memandu hasratnya untuk terus mencintai dan mendekatkan diri ke arah kebijaksanaan.

 

Hadot berupaya menjelaskan pandangannya, filsafat sebagai way of life, setidaknya melalui dua pembacaan. Dalam PWL (4 bagian dan 11 bab), ia membingkai pandangannya melalui pembacaan eksegese untuk menguraikan klaimnya dengan mengembangkan metode, materi, tokoh, dan tema terkait. Dalam PAW (3 bagian dan 12 bab), ia mengembangkan pembacaan eksegesenya dengan menelusuri fenomena kerohanian dalam sejarah filsafat Barat, meliputi awal kemunculannya pada era antik, peralihannya pada monastisisme Kristen, keterputusannya pada Abad Pertengahan, dan jejak kesinambungannya pada era modern.

 

[]

 

Akhirnya, dalam PWL dan PAW, Hadot benar-benar menyajikan bingkai pemahaman yang kokoh terhadap klaimnya mengenai filsafat sebagai way of life, termasuk implikasinya dalam merangsang diskusi lebih lanjut baik untuk mengungkap persetujuan atau bantahan maupun kemungkinan alternatif atas klaim tersebut berdasarkan sumber teks serupa. Selain itu, layak untuk diperhatikan bahwa melalui uraiannya yang rinci dan seksama dalam mendekati setiap konteks lintasan filsafat seturut Sitz im Leben, Hadot rupanya juga menawarkan pesan inspiratif dan relevan bagi pembaca budiman ahli, pengajar, pelajar, peminat filsafat, atau siapa saja yang selalu berhasrat mencintai kebijaksanaan untuk bertanya: apa makna berfilsafat dewasa ini? (Haryanto Cahyadi, peneliti filsafat dari Keuskupan Timika, Papua.)

Published
2017-10-16
How to Cite
Cahyadi, H. (2017). Pierre Hadot, Philosophy as a Way of Life, trans. by M. Chase, Cambridge: Harvard UP, 1999, x + 309 hlm. (PWL); Pierre Hadot, What is Ancient Philosophy?, trans. by M. Case, Cambridge: Harvard UP, 2004, xiv + 362 hlm. (WAP). DISKURSUS - JURNAL FILSAFAT DAN TEOLOGI STF DRIYARKARA, 16(2), 226-235. Retrieved from https://journal.driyarkara.ac.id/index.php/diskursus/article/view/53