Rebekka A. Klein, Sociality as the Human Condition: Anthropology in Economic, Philosophical and Theological Perspective, transl. Martina Sitling, Leiden and Boston: Brill, 2011, 324 hlm.

  • Thomas Hidya Tjaya Program Studi Ilmu Teologi, Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara, Jakarta

Abstract

Dimensi sosial manusia telah lama menjadi subjek telaah filsafat sebagai wujud kesadaran bahwa manusia adalah zoon politikon (Aristoteles) atau homo sociale (Seneca). Pertanyaan umum yang biasa diajukan adalah, apakah manusia memang mampu bertindak secara altruistik, atau apakah manusia memiliki empati alamiah. Analisis ini tentu saja tidak dimonopoli oleh filsafat saja. Belakangan ini, ilmu-ilmu alam dan sosial seperti ekonomi, sosiobiologi, dan neurosains juga terlibat dalam studi atas dimensi yang dipandang khas pada manusia ini. Dalam ranah yang disebut sebagai “ekonomi eksperimental,”’ misalnya, dipelajari perilaku kerjasama antarindividu yang hasilnya diharapkan dapat menjelaskan dasar perilaku sosial manusia.

 

Dalam buku yang terdiri atas empat bab besar ini dianalisis berbagai pandangan mengenai relasi sosial manusia dalam konteks antropologi interdisipliner. Pengarang memperlihatkan perbedaan pandangan mengenai sosialitas dalam setiap bidang ilmu. Dalam disiplin neuroekonomi, sosialitas dipahami sebagai struktur preferensi perilaku manusia yang berakar pada neurobiologi. Dalam fenomenologi sosial dan etika, istilah ini mengacu pada struktur dasar perbedaan dan relasionalitas dalam relasi antarmanusia. Teologi sendiri melihat sosialitas sebagai struktur relasi manusia dengan Tuhan dan sesama. Pengarang buku ini menunjukkan bahwa konsep mengenai aspek sosial manusia dalam bidang-bidang ini memang tidak sama, dan karena itu, pemahaman mengenai sosialitas manusia perlu dibangun berdasarkan konteks disiplin yang bersangkutan.

 

..........................

 

Pembahasan atas topik sosialitas dalam buku ini memang sangat luas dan kaya karena melibatkan banyak pemikir dalam bidang ini seperti Hannah Arendt, Thomas Hobbes, Ernesto Laclau, Chantal Mouffe, Axel Honneth, Charles Taylor, Paul Ricoeur, dan Emmanuel Levinas. Dalam pemaparan mengenai relasi antarmanusia dari sudut teologis, pemikiran filsuf-teolog Søren Kierkegaard banyak sekali digunakan. Di satu sisi, kehadiran begitu banyak pemikir dalam buku ini dapat membuat pembaca kewalahan dalam memahami isinya. Di sisi lain, hal ini justru dapat dilihat sebagai salah satu kekayaan buku ini, yang dapat membuka wawasan pembaca dan mengajaknya untuk lebih mendalami pemikiran tokoh tertentu sesuai dengan minatnya. Seluruh studi ini membawa pengarang kepada kesimpulan bahwa hakikat sosialitas manusia tidak- lah dapat dipahami hanya dengan membandingkannya dengan sosialitas hewan, sebagaimana biasanya dilakukan. Pada akhirnya, hakikat ke- manusiaan, termasuk sosialitasnya, akan tersingkap dalam relasi dan interaksi konkret antarmanusia, entah bersifat positif atau negatif. Hanya dengan demikian kita akan memahami siapakah diri kita yang sesungguh- nya sebagai manusia. (Thomas Hidya Tjaya, Program Studi Ilmu Filsafat, Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara, Jakarta).

How to Cite
Tjaya, T. H. (1). Rebekka A. Klein, Sociality as the Human Condition: Anthropology in Economic, Philosophical and Theological Perspective, transl. Martina Sitling, Leiden and Boston: Brill, 2011, 324 hlm. DISKURSUS - JURNAL FILSAFAT DAN TEOLOGI STF DRIYARKARA, 12(1), 131-133. https://doi.org/10.36383/diskursus.v12i1.125